Jurnal

SEJARAH STUDI KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
Iwan Sopwandin Hendi Juanda Ali Agung Suhada

Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung
Jl. Permei V no 137 Cipadung Cibiru Bandung
Email : iwansopwandin@yahoo.co.id

ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan menguraikan jejak perjalanan kepemimpinan dalam sebuah pendidikan dan mengaitkannya dengan konteks masa sekarang. Pertimbangan kajian disebabkan 3 hal, yaitu; 1) babak Sejarah, 2) nonleader leadership, 3) studi kekinian. Data diolah berdasarkan analisis teks atau studi pustaka. Hasil pembahasan menunjukan bahwa sejarah kepemimpinan dalam sebuah pendidikan telah menempuh jarak perjalanan yang sangat panjang dan makin menunjukan bahwa kepemimpinan merupakan lembaga modernis. Teori – teori dan temuan – temuan baru yang menunjang konsepsi pemimpin dan kepemimpinan makin memperkaya khazanah keilmuannya, sehingga keberadaan seorang pemimpin didalam sebuah lembaga pendidikan sangat menunjang dan menjadi tolak ukur perkembangan dan keberhasilan suatu Visi dan Misi sebuah lembaga pendidikan.
Kata Kunci: Sejarah, Kepemimpinan dan Pendidikan


PENDAHULUAN
            Sejarah dalam sebuah kehidupan akan sangat mempengaruhi kemajuan di masa depan karena didalam sejarah ada gambaran – gambaran yang akan terjadi dimasa depan. Begitupun sejarah kepemimpinan dalam sebuah pendidikan  akan sangat mempengaruhi kepemimpinan dimasa sekarang, dan seiring perkembangan zaman kepemimpinan sangat beragam macamnya, baik itu menurut sifatnya ataupun ciri – cirinya. Maka dengan alasan tersebut seorang pemimpin haruslah mengetahui dan paham sejarah kepemimpinan tersebut.
Pendidikan menjadi hal yang sangat di sorot di dalam kehidupan ini, apalagi di Negara Indonesia. Tetapi seiring berjalannya Zaman, ketika teori dan konsep pendidikan semakin maju masih banyak orang – orang yang sangat minim dalam pendidikannya. Terutama anak – anak yang berada dijalanan.
Pendidikan diadakan dengan tujuan yang lebih penting daripada menyiapkan tenaga kerja yaitu membantu manusia menjadi manusia, sekurang – kurangnya lebih baik daripada binatang. Hal ini didasarkan pada pengalaman sejarah manusia. Bila manusia tidak di didik ia dapat saja berkembang menjadi makhluk yang lebih jahat daripada binatang. Kita harus benar – benar waspada dalam merumuskan tujuan utama pendidikan. Adalah sangat berbahaya bila pendidikan mengutamakan pembinaan kesehatan dan kekuatan jasmani, kecerdasan dan kepandaian intelektual serta keterampilan kerja. Itu memang penting tetapi yang lebih penting ialah menyiapkan lulusan menjadi manusia yang baik, manusia yang berkemanusiaan tinggi. Untuk itu kita harus mengetahui dengan jelas apanya pada manusia itu yang paling utama harus dididik.(Adri Efferi, 2012: 345)
Kepemimpinan (leadership) merupakan pembahasan yang selalu menarik, karena ia merupakan salah satu faktor penting dan menentukan keberhasilan atau gagalnya suatu organisasi atau sebuah lembaga pendidikan dalam mencapai tujuannya. Pentingnya hal itu ditandai dengan berlangsungnya berbagai jenis kegiatan pelatihan (training) kepemimpinan, terutama bagi individu yang dipersiapkan untuk menjadi pemimpin suatu organisasi atau lembaga. Dan sangat maklum bahwa setiap lembaga pendidikan apapun jenisnya pasti memiliki dan memerlukan seorang pimpinan yang harus menjalankan kepemimpinan dan manajemen.
Setiap lembaga pendidikan apapun jenisnya pasti memiliki seorang pemimpin yang harus menjalankan kepemimpinan (leadership) dan manajemen (management) bagi keseluruhan pendidikan sebagai satu kesatuan. Dalam lembaga pendidikan seorang pemimpin disebut dengan kepala sekolah ataupun Direktur. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam menjalankan pendidikan Kepala sekolah harus bisa menjalankan proses pembelajaran dengan baik dan benar. Artinya seorang pemimpin harus mampu membawa perubahan, karena perubahan adalah tujuan pokok dari kepemimpinan.
Kepemimpinan merupakan suatu yang wajib dalam kehidupan lembaga pendidikan agar menjadi teratur dan keadilan bisa ditegakkan. Kepemimpinan juga dapat dikatakan penting apabila mampu memanfaatkan dan mengelola potensi setiap anggota dengan cara yang tepat. Maka dari seorang pemimpin dalam mengendalikan kepemimpinannya harus mendorong prilaku positif dan meminimalisir prilaku yang negatif, menguasai sepenuhnya masalah-masalah yang timbul dalam proses belajar mengajar di sekolah baik itu terjadi pada guru, siswa, kurikulum dan pengembangan pembelajaran dan lain-lain, dan sekaligus mencari pemecahan (solution) dari masalah-masalah yang terjadi, mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi di sekitarnya serta memanfaatkannya untuk kepentingan sekolah, mencanangkan strategi yang tepat untuk menggerakkan ke arah tujuan yang ingin dicapai, dan terakhir adalah membimbing, melatih, dan mengasah setiap anggota dan yang lebih penting lagi adalah seorang pemimpin adalah bukan permainan ego.
Sejumlah uraian diatas akan sangatlah sempurna ketika kita mengetahui sejarah kepemimpinan tersebut karena masa lalu atau sejarah akan selamanya terkait kepada masa depan, apalagi yang mencakup kepemimpinan yang berada dalam cakupan sebuah pendidikan.
Metode telaah yang digunakan dalam tulisan ini menggunakan studi pustaka. Dimana kata – kata yang digunakan bersifat ringan dan mudah dipahami terutama bagi kalangan Mahasiswa yang berada dilingkung Prodi manajemen Pendidikan Islam.



PEMBAHASAN
Sejarah secara sempit adalah sebuah peristiwa manusia yang bersumber dari realisasi diri, kebebasan dan keputusan daya rohani. Sedangkan secara luas, sejarah adalah setiap peristiwa (kejadian). Sejarah adalah catatan peristiwa masa lampau, studi tentang sebab dan akibat. Sejarah kita adalah cerita hidup kita.
1.      Sejarah sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa karena:
2.      Sejarah merupakan gambaran kehidupan masyarakat di masa lampau.
3.      Dengan sejarah kita dapat lebih mengetahui peristiwa/kejadian yang terjadi di masa lampau.
4.      Peristiwa yang terjadi di masa lampau tersebut dapat dijadikan pedoman dan acuan dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa di masa kini dan yang akan datang.
Dengan sejarah kita tidak sekedar mengingat data-data dan fakta-fakta yang ada tetapi lebih memaknainya dengan mengetahui mengapa peristiwa tersebut terjadi. (Sagimun, 1986: 2-3)
Secara etimologi atau asal katanya Sejarah diambil dari berbagai macam istilah. Diantaranya adalah:
1.      Kata dalam bahasa Arab yaitu syajaratun artinya pohon. Mereka mengenal juga kata syajarah annasab, artinya pohon silsilah. Pohon dalam hal ini dihubungkan dengan keturunan atau asal usul keluarga raja/dinasti tertentu. Hal ini dijadikan elemen utama dalam kisah sejarah pada masa awal. Dikatakan sebagai pohon sebab pohon akan terus tumbuh dan berkembang dari tingkat yang sederhana ke tingkat yang lebih kompleks/maju. Sejarah seperti pohon yang terus berkembang dari akar sampai ke ranting yang terkecil.
2.      Dalam bahasa Jerman, yaitu Geschichteberarti sesuatu yang telah terjadi.
3.      Dalam bahasa Belanda yaitu Geschiedenis, yang berarti terjadi.
4.      Dalam bahasa Inggris yaitu History, artinya masa lampau umat manusia.
5.      Kata History sebenarnya diturunkan dari bahasa latin dan Yunani yaitu Historia artinya informasi/pencarian, dapat pula diartikan Ilmu.
Hal ini menunjukkan bahwa pengkajian sejarah sepenuhnya bergantung kepada penyelidikan terhadap perkara-perkara yang benar-benar pernah terjadi. Istor dalam bahasa Yunani artinya orang pandai Istoria artinya  ilmu yang khusus untuk menelaah gejala-gejala dalam urutan kronologis.
Berdasarkan asal kata tersebut maka sejarah dapat diartikan sebagai sesuatu yang telah terjadi pada waktu lampau dalam kehidupan umat manusia. Sejarah tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia dan bahkan berkembang sesuai dengan perkembangan kehidupan manusia dari tingkat yang sederhana ke tingkat yang lebih maju atau modern.
Berdasarkan bahasa Indonesia, sejarah mengandung 3 pengertian:
1.       Sejarah adalah silsilah atau asal-usul.
2.       Sejarah adalah kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.
3.       Sejarah adalah ilmu, pengetahuan, dan cerita pelajaran tentang kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi di masa lampau.
Jadi pengertian sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa atau kejadian yang telah terjadi pada masa lampau dalam kehidupan umat manusia. (Muhammad hambal Shafwan, 2010:5)

Kata “ Kepemimpinan” terjemahan dari bahasa inggris “leadership” banyak sekali kita temukan dalam kehidupan kita sehari hari. Didalam kepemimpinan selalu terdapat seorang pemimpin yang berperan sebagai orang yang mempengaruhi sikap atau prilaku seseorang. (Karjadi, 1989: 1-2)
Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah "melakukannya dalam kerja" dengan praktik seperti pemagangan pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi.
Menurut para ahli kepemimpinan sebagai berikut, yaitu :
1.      Koontz & O’donnel, mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi sekelompok orang sehingga mau bekerja dengan sungguh-sungguh untuk meraih tujuan kelompoknya.
2.      Wexley & Yuki (1977), kepemimpinan mengandung arti mempengaruhi orang lain untuk lebih berusaha mengarahkan tenaga, dalam tugasnya atau merubah tingkah laku mereka.
3.      Georger R. Terry, kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang untuk bersedia berusaha mencapai tujuan bersama.
4.      Fiedler (1967), kepemimpinan pada dasarnya merupakan pola hubungan antara individu-individu yang menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap kelompok orang agar bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan.
Dari keempat definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa sudut pandangan yang dilihat oleh para ahli tersebut adalah kemampuan mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Banyaknya definisi kepemimpinan yang berbeda hampir sebanyak jumlah orang yang telah berusaha untuk mendefinisikannya sekalipun demikian terdapat banyak kesamaan diantara definisi – definisi tersebut memungkinkan adanya skema klasifikasi secara kasar. (Mar’at, 1984 : 8)
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pendidikan secara etimologis/bahasa berasal dari kata ‘didik’ yang kata kerjanya adalah ‘mendidik’ yang artinya memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, dan pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan dibedakan menjadi dua konteks yaitu, pendidikan dalam arti sempit dan pendidikan dalam arti luas.
Pendidikan dalam arti sempit yang dimaksud adalah sekolah atau persekolahan (schooling). Sekolah merupakan hasil rekayasa untuk menyelenggarakan pendidikan, dengan seperangkat program yang harus dilaksanakan untuk mencapai sebuah tujuan. Pendidikan dalam arti luas bermakna berbagai macam pengalaman belajar dalam keseluruhan lingkungan hidup, baik disekolah maupun diluar sekolah yang sengaja diselenggarakan untuk mencapai tujuan – tujuan tertentu.
Menurut Ki hajar Dewantara, pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi- tingginya.
Menurut Ahmad Tafsir, pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal.
Dan dapat kita simpulkan dari keempat pendapat di atas, bahwa :
1.      Adanya kesenjangan atau kesadaran dari pihak tertentu untuk memberikan suatu usaha.
2.      Usaha yang diberikan secara sengaja atau disadari tersebut diberikan dalam bentuk pengajaran, bimbingan dan latihan.
3.      Subjek yang mendidik adalah orang yang dianggap sudah dewasa atau lebih dewasa dari pihak yang dididik, baik dewasa secara fisik maupun psikis.
4.      Objek yang dididik dapat dikatakan sebagai peserta didik yang dianggap sebagai orang yang belum dewasa dalam pertumbuhannya.
           Tujuan dari usaha ini adalah untuk menjadikan peserta didik lebih dewasa, dalam artian dapat memilih yang baik bagi dirinya. ( Aden Aisyah, 2013: 3-4)


            Babak Sejarah
Baik sebagai ilmu maupun seni, kepemimpinan telah menempuh perjalanan panjang. Belakangan makin diyakini bahwa kepemimpinan adalah sebuah lembaga modernis. Teori-teori dan temuan-temuan baru yang menunjang konsepsi pemimpin dan kepemimpianan makin memperkaya khasanah. kilas sejarah perkembangan tipologi teori modern kepemimpinan dikemukakan oleh David Boje ( 2000 ) seperti berikut ini.

TEORI SIFAT
TEORI PERILAKU / PROSES
TEORI SITUASI / KONTINGENSI
TEORI KEKUASAAN
TEORI KHARISMA / TRANSFORMASI
Tahun 1800-an ke 1940-an dengan kebangkitan kembali di tahun 1990-an
Tahun 1940-an 1970-an dengan kebangkitan kembali pada tahun 2001
Awal tahun 1960-an sampai sekarang; mati tetapi tidak akan hilang
Sejak aliran manajemen ilmiah ditemukan   kembali dari satu geberasi ke generasi berikutnya; memberdayakan adalah mengubah nama delegasi dari tahun 1940-an
Akhir tahun 1800-an kembali pada tahun 1970-an dan kebangkitan kembali di tahun 1980-an

Deskripsi di atas sangat baik umtuk membedah sejarah penelitian kepemimpinan. penelitian telah mempelajari keterampilankepemimpinan dari berbagai perspektif. Awal analisis kepemimpinan dari tahun 1900-an ke tahun 1950-an, membedakan antara karakteristik pemimpin dan pengikut. Dengan menemukan bahwa tidak ada satu sifat atau kombinasi dari sifat-sifat pemimpin mampu menjelaskan sepenuhnya fenomena kepemimpinan, penelitian kemudian mulai meneliti pengaruh situasi pada “ keterampilan dan perilaku ” pemimpin.
          Studi kepemimpinan selanjutnya berusaha untuk membedakan pemimpin yang efektif dan tidak efektif. studi ini mencoba menentukan perilaku kepemimpinan yang dicontohkan oleh pemimpin yang efektif. umtuk memahami apa yang di berkontribusi membuat kepemimpinan yang efektif, peneliti mengguanakan modal kontingensi dalam memeriksa hubungan abtara sifat-sifat pribadi, variable situasional, dan efektifitas pemimpinan. Studi kepemimpinan tahun 1970-an dan 1980-an sekali lagi difokuskan pada kateristik individu pemimpin yang mempengaruhi keefektifan mereka dan keberhasilan organisasinya. Penyeledikan mengarah pada kesimpulan bahwa pemimpin dan kepemimpinan sangat penting, namun komponen organisasi yang mompleks tidak kalah esensialnya.

Pemimpin Versus Pengikut
Pada era studi awal tentang kepemimpinan, pemimpin dianggap sebagai individu yang dianugrahi dengan ciri-ciri kepribadian tertentu sebagai modal utaman dari kemampuan mereka untuk memimpin. focus studi menyelidik sifat-sifat individu seperti kecerdasan, usia, status, social ekonomi, dan kebiasaan hidup ketika kecil dan lain-lain. peneliti, seperti bass ( 1960 ), bird ( 1940 ), dan stogdill ( 1948) mengidentifikasi enam kategori factor pribadi yang terkait dengan kepemimpinan : kapasitas, prestasi, tanggung jawab, partisipasi, status, dan situasi sifat kepemimpinan tidak cukup. “ seseorang tidak menjadi pemimpian berdasarkan pemilikan beberapa kombinasi dari sifat-sifat ”, kemudian tertentu mengarah pada kesimpulan bahwa tidak ada satu karakteristik pun yang benar-benar dapat menbedakan pemimpin dari non-pemimpin.

Kepemimpinan Situasional
Era ini studikepemimpian berfokus pada pemeriksaan “ situasi ” sebagai penentu kemampuan kepemimpinan, yang mengarah ke konsep kepemimpinan situasional. peneliti berusaha untuk mengidentifikasi “ ciri-ciri khas pengaturan yang tepat dikaitkan dengan kepimpin “ ( hoy dan miskel, 1987 ). Hencley ( 1973 ) menijau teori-teori kepemimpinan dan mencatat bahwa “ pendekatan situasi dalam kepemimpinan tidak begitu banyak ditentuakn oleh karakter dari individu-individu lain dengan persyaratan situasi social.
Berdasarkan penelitian ini, seseorang dapat menjadi pengikut  atau seorang pemimpin tergantung pada keadaan. upaya dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik tertentu dari sebuah situasi yang mempengaruhipemimpin kinerja. Hoy dan Miskel ( 1987 ) mencatat empat bidang kepeimpinan situasional : sifat structural organisasi, iklim organisasi, karakterstik peran. dan karakteristik bawahan. anea kajian memang telah mengungkapkan kompleksitas kepemimpinan situasional, memprediksi keterampilan kepemimpinan seperti apa yang akan efektif dalam situasi tertentu.

Dua Dimensi
Usaha yang lain mengkaji kepemimpinan telah memberikan tentang jenis perilaku yang dipamerkan pemimpin untuk menentukan apa yang membuat pemimpin yang efektif dan yang tidak efektif. perilaku ini dikategorikan dalam dua dimensi umum: memprakarsi atau menginisiasi stuktur ( kepedulian terbatas tugas organisasi ) dan konsiderasi atau pertimbangan ( kepedulian bagi individu dan hubungan interpersonal ). memprakarsai stuktur meleputi kegiatan seoerti perencanaan, pengorganisasian, dan mendefinisikan tugas dan organisasi. penekanan pada konsiderasi atau pertimbangan social, mencakup kebutuhan emosiaonal individu, seperti pengakuan mereka, kepuasan kerja, dan harga diri mempengaruhi kinerja mereka.
Penelitian lain mengkonseptualisasikan dua dimensi ini sebagai efektifitas dan efesien ( Barnard, 1938 ), pencapaian tujuan dan pemeliharaan kelompok  ( Cartwright dan Zander, 1960 ), kebetuhan instrumental dan ekspresi ( Etzion 1961 ), dan system yang berorientasi orang  atau perilaku ( Stogdill, 1963 ), spekulasi tentang dua dimensi, yaitu inisiasi struktur atau pertimbangan, adlah lebih penting untuk berbagai situasi yang mengarah pada penilaian keterampilan pemimpin sepanjang dengan terkait dengan dua dimensi. intrumen penilaian dikembangkan untuk mengukur kemampuan kepemimpinan, dimana kuesioner perilaku pemimpin paling sering digunakan, Halpin ( 1966 ) menyatakan bahwa kepemimpinan itu adalah bhawa prilaku kepemimpinan yang efektif cenderung palin sering dikaitkan dengan ferpoma tertinggi pada kedua dimensi : inisiasi struktur dan konsiderasi. secara ringaks disimpulkan bahwa pemimpin yang efeftif mampu mengatasi baik orientasi tugas maupun orientasi manusia organisasi.

Lebih Dari Situasi
Penelitian lain beruoaya untuk mengidentifikasi kepemimpinan yang difokuskan pada kesadaran antara karakteristik kepribadian perilakunpemimpin, dan variable situasional. pendekatan kepemimpinan situasional tas dasar asumsi bahwa situasi yang berbeda membutuhkan tipe kepemimpinan yang berbeda, sementara pendekatan kontingensi beruapaya untuk menentukan hubungan yang moderat antara kondisi atau varaibel situasionaldengan ciri-ciri atai perilaku pemimpin dan kriteria kinerja ( Hoy dan Miskel, 1987 ). Fiedler ( 1967 ), membedakan kepemimpinan adalah tiindakan spesifik pemimpin. dia percaya bahwa keefektifikan kelompok adalah hasil dari gaya dan situasi keakraban pemimpin.
  
            Nonleader Leadership
Serupa dengan kejelasan kepemimpinan kontingensi, konsepn kepemimpinan non-kepemimpinan adalah gagasan tentang kepemimpinan organisasi. Barnes dan kriger ( 1986 ) menatakan bahwa teori-teori kepemimpinan sebelumnya tiak cukup menberi penjelasan, karena jauh lebih banyak berfokus pada konsep pemimpin tunggal dan multi pemgikut dari pada mengkaji kepemimpinan organisasi dalam pemgertian tidak ditemukan di salah satu ciri-ciri individu atau keterampilan, tetapi meupakan ciri khas dari seluruh organisasi. bagi dua pakar ini, peran pemimpin tumpeng ti dih, saling melengkapi, dan bergeserdari waktu dan dari ciri orang ke orang. konsep kepemimpinan itu cenderung insklusif. konsep kepemimpinan organisasi belum didasari atas kajian menyeluruh mengenai individu sifat dan perilaku pimpinan dengan multiperan dan multikonteksnya.
analisa lanjutan mengenai kepemimpinan organisasi adalah konsep kepemimpinan bersama. slater dan doig ( 1988 ) membatah asumsi bahwa kepemimpinan adalah milik satu individu dan menyatakan bahwa dugaan seperti itu mengabaikan bahwa kepemimpinan dapat pula dilaksanakan oleh sebuah tim dari individu-individu kepemimpinan harus menerima realitas bahwa banyak orang di timngkat bawah yang bukan sebagai pemimpin, tetapi memiliki sifat-sifat kepemimpinan atau nonleader leadership.

            Studi Kekinian
Studi tentang kepemimpinan tahun 1970-an fdan 1980-an, dengan focus pada pemimpinan yang efektif, menjelajahi kembali ciri-ciri pribadi sebagai  penentu kemampuan kepemimpinan. studi ini terutama berkontribusi untuk memahami dampak dari karakteristik pribadi dan prilaku individu pemimpin yang efektif dan peran mereka dalam membuat organisasi berhasil. penelitian membedakan antara pemimpin dan manajer dan memperkenalkan karakteristik kepemimpinan bary : visi, dan menjelajahi arti pentingnya. dengan memiliki visi, pemimpin diyakini akan efektif untuk memfasilitasi pengembangan visi dab nilai bersama manusia sebagai sumber daya utama organisasi. sejalan dengan itu, telah berkembang konsep kepemimpinan yang menarik, yaitu kepemimpinan transformasional atau transformasi kepemimpinan. (Sudarwan Danim, 2012: 1-5)


 SIMPULAN
            Penelitian tentang kepemimpinan dari awal abad ke 19 sampai sekarang telah membuktikan bahwa kepemimpinan merupakan tulang punggung sebuah organisasi khususnya lembaga pendidikan, dan studi ini juga telah membuktikan bahwa kepemimpinan sangat tergantung terhadap prilaku pemimpin, sifat pemimpin, bahkan ciri pemimpin lembaga tersebut, maka pada Era modern ini semakin detail terlihat karakteristik atau tipe kepemimpinan apakah yang dimiliki oleh seseorang.



DAFTAR PUSTAKA
Efferi,adri. 2012. Media Pendidikan:Jurnal Pendidikan islam. Bandung.ISSN.
1412-064X
MD, Sagimun. 1986. Sejarah perlawanan bangsa. Bandung: Pustaka Hidayah
Shafwan, Muhammad hambal. 2010. Intisari sejarah Pendidikan Islam. Jakarta:
Pustaka Arafah
Karjadi. 1989. Kepemimpinan :Leadership. Bandung: PT Karya Nusantara
Mar’at. 1984. Pemimpin dan Kepemimpinan. Bandung: Ghalia Indonesia
Danim,Sudarwan. 2012. Kepemimpinan Pendidikan. Cet, II; Bandung: Alfabeta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar